Title : Memories
Rate: T
Genre: Drama, hurt(?) gak yakin -_-
Disclamair: Bukan milik aku charanya. Tapi REN udh sah punya
aku (?) wkwk
Summary: kesalahan terbesar Hwang Minhyun. Dan semua
kenangan indah dari Choi Minki untuknya. Satu satunya namja yang Ia cintai(summarry
gk nyambung)
Pair: Minhyun X Ren
WARNING: BOYS LOVE,TYPOOOO
BANYAK GAK AKU EDIT ;’( GAK NYAMBUNG, OOC DLL
A/N: di buat ketika lagi galau oleh AKU;___; dan ini di
dedikasikan untuk dia. Maaff yah, maaf ;___; aku yang salah ;__;
Astia Morichan present~
MinRen Fanfict~
DONT LIKE DONT READ
DONT BASH IF YA DONT LIKE IT
DONT COPY WITHOUT PERMISSION~
HAPPY READING ^^
.
.
.
Namja cantik itu berlari-lari kecil. Hari ini tepat tanggal
14 adalah peringatan ke 4 tahun bersama namjachingunya. Ah, jangan salah.
Sekarang hubungan seperti ini sudah di sah kan oleh pemerintahan yang ada di
Korea. Sekarang namja cantik itu- Ren tengah terengah-engah, mencoba
menstabilkan nafasnya. Mata cantiknya itu kini tengah mencari sosok yang paling
Ia kenal.
“Aishh,, aku kira aku terlambat. Ternyata dia belum datang”
Namja cantik itu- Ren mulai mengerucutkan bibirnya. Membuat seseorang yang
entah sejak kapan berdiri di belakang Ren itu terkekeh pelan. Menyadari ada
seseorang di belakangnya, Ren dengan cepat membalikan tubuhnya. Dan menatap
tajam seorang namja yang sangat tampan, yang kini tengah tersenyum sambil
melebarkan lengannya.
“Kau terlambat Minhyuniie” Ren kembali mengerucutkan bibir
kissablenya.
“Kau yang terlambat baby, aku sudah sejak tadi menunggumu”
Minhyun dengan cepat menarik Ren kedalam pelukannya. Tanpa memperdulikan
tatapan aneh semua pejalan kaki yang lewat disana.
“Happy 4th anniversarry for us. Aku harap kita bisa bersama
selamanya” Ren tersenyum mendengar ucapan namja kini tengah memeluknya dengan
sangat erat.
“Aku juga sangat berharap kita akan selalu bersama
selamanya” Ren semakin mengeratkan pelukannya, seakan takut namja itu akan
pergi. Sebenarnya Ren sangat tidak yakin akan ucapannya. ‘bersama selama dengan namja yang
ia cintai ini’ Bagaikan sebuah mimpi yang tidak akan terwujud.
Minhyun melepaskan pelukannya, tersenyum gembira sambil
menggenggam tangan Ren erat.
“Ayo kita rayakan hari ini” Ren hanya mengangguk dan
tersenyum. Sungguh Ia sangat mencintai namja kini sedang menggenggam erat
tangannya. Demi apapun Ia sangat menyangi namja itu, dan tidak ingin kehilangan
namja ini.
’Untuk hari ini biarkan aku
tersenyum bersamanya, sebelum akhirnya dia akan membenciku’
Minhyun dan Ren menghabiskan waktu mereka di taman bermain
yang sudah terkenal di Seoul. Mungkin hari ini akan menjadi kenangan terindah
yang dapat dikenang olehnya, dan tidak untuk Minhyun.
“Ayo kita naik itu, chagi. Langit malam Seoul akan terlihat
sangat indah jika kita lihat dari atas” Minhyun menunjuk bianglala disana.
“Kajja, aku juga ingin melihat itu dengan mu” Ren menarik
tangan Minhyun untuk segera naik ke bianglala itu. Mereka kini sudah berada
didalamnya, sambil tetap memandang ke bawah. Ah, pemandangan disini sungguh
sangat indah.
“Mingie-ah, Lihat aku” Minhyun berbisik pelan. Membuat Ren
dengan cepat menatap namja itu.
“Waeyo, hm?” Minhyun menggerakan tangannya ke wajah Ren.
Mengelus pipi namja cantik itu. Ren hanya mengerjap bingung menatap Minhyun.
“Aku mencintaimu. Sangat mencintaimu” Dengan perlahan,
Minhyun mendekatkan wajahnya. Mempersempit jaraknya dengan Ren. Sampai hembusan
nafas Minhyun yang hangat menerpa wajah Ren. Ren memejamkan matanya.
Selanjutnya Ia tahu apa yang akan terjadi. Minhyun mempertemukan bibirnya
dengan bibir kissable Ren. Bibir Ren yang terasa manis, membuat Minhyun ingin
melakukan lebih. Minhyun mulai melumatnya lembut seakan takut jika Ren tidak
menyukainya. Ren tersenyum disela-sela ciumannya. Ia mengalungkan lengannya
pada leher Minhyun. Dan mulai membalas lumatan lumatan kecil yang diberikan
oleh Minhyun. Minhyun mengeratkan pelukannya pada pinggang Ren dan memperdalam
ciuman mereka.
‘Mungkin ini akan menjadi ciuman terakhirku bersama Minhyun’
.
.
.
Setelah kencan terakhir itu, Ren mengnonaktifkan semuanya.
Membuat Minhyun bingung tak karuan. Sungguh Ia sangat khawatir pada namja itu.
Sudah 5 hari Ia susah dihubungi.
“Aishhh” Minhyun mengacak-acak rambutnya frustasi. Sungguh
Ia sangat merindukan Ren.
“Waeyo? Kau uring uringan seperti orang gila”Tanya Baekho
menatap Minhyun yang terlihat kacau.
“Ren, dia menghilang. Sudah 5 hari aku tak bertemu
dengannya”
“Pergi saja kerumahnya” Ucap Baekho santai sambil menyesap
ekspresso miliknya.
“Rumah itu sudah kosong. Dia pergi tanpa memberitahuku”
“Kau tunggu saja, aku yakin dia akan kembali lagi” Baekho
tersenyum miris menatap Minhyun. Ia tidak mungkin mengatakan bahwa Ia tahu
dimana Ren berada. Baekho sudah berjanji pada namja cantik itu agar tidak
memberitahu Minhyun.
“Ya hyung, aku akan menunggunya” Tatapan Minhyun kosong,
seakan Ia sudah kehilangan warna dalam hidupnya. Mata onyxnya hanya tertuju
pada benda canggih yang ada dihadapannya. Yah, I-phone berwarna putih miliknya
dengan wallpaper dirinya dan Ren.
‘Dreeettttt Dreettttt
I-phone putih itu bergetar menampilkan ID Caller ‘Baby Mingie’ Minhyun yang sadar bahwa
Ren menghubunginya dengan segera mengangkat I-phone itu.
“Yoboseoyo, baby kamu dimana eoh?” Suara Minhyun bergetar,
sungguh Ia benar-benar merindukan namja cantiknya itu.
“Minhyun-ah, a-aku rasa aku harus pergi. Maafkan aku, maaf.
Aku tidak bisa meneruskan hubungan ini maaf” Suara disebrang sana terdengar
seperti menahan tangis.
“Apa? Kau bilang apa, eoh? Kata kan bahwa kau sedang
bercanda Choi Minki!!!”
“A-Aku sedang tidak bercanda. Maaf” Dan sambungan telfon itu
pun terputus.
“Kau tidak bisa meninggalkanku Ren” Minhyun membanting benda
canggih itu, sampai hancur.
“Aragghhhhh, Hyungg beritahu aku bahwa ini semua tidak
nyata!!!” Teriak Minhyun pada Baekho yang memang sedari tadi diam mendengarkan
pembicaraan mereka. Baekho mendekat kearah Minhyun. Memeluk namja itu yang kini
tengah meraung-raung sambil menangis memanggil nama kekasihnya itu.
“Tenanglah, Ren pasti mempunyai alasan tertentu” ujar baekho
menenangkan Minhyun.
*Ren Side*
“hiksss,, Minhyuniee maaff. Maafkan aku. Sungguh aku
mencintaimu. Sangat mencintaimmu” Ren kini tengah duduk sambil memeluk lututnya
sendiri. Menangis sejadi jadinya di ruangan putih ini.
“hiksss,, maaff. Ini adalah cara supaya kau membenciku dan
supaya kau melupakan aku ketika aku benar-benar sudah menghilang di dunia ini.
Maaff aku mencintaimu Hwang Minhyun” Dan selanjutnya hanya terdengar isakan
tangis yang panjang di ruangan pasien itu.
‘Di kehidupan selanjutnya, aku pasti akan berjumpa dengan mu lagi, dan
kembali mencintaimu’
.
.
.
Sinar matahari itu masuk melalui jendela. Membuat Ren
mengerjapkan matanya untuk membiasakan diri dengan sinar matahari itu. Ren
membuka matanya dan kembali terduduk di ranjang itu.
“Hari ini mungkin adalah hari terakhirku berada di dunia.
Aku hanya berharap semoga kau akan selalu baik-baik saja, dan menemukan
seseorang yang lebih baik dariku Minhyunie” Ren tersenyum miris mengingat
nasibnya. Ah, tidak Ren ingin tersenyum senang disaat-saat kematian akan
menjemputnya.
*Ceklek*
Pintu itu terbuka. Ren tersenyum ketika menyadari
orangtuanya datang.
“Eomma, Apppaa” ucap Ren lirih. Pasangan paruh baya itu lalu
memeluk putra kesayangannya.
“Eommaa, Appaa saranghae” Ren mengeratkan pelukannya pada
sang Eomma. Sementara sang Appa hanya bisa mengusap rambut blonde putranya itu,
“Nado saranghae chagi, percayalah kau akan sembuh ne. Jangan
menyerah. Eomma dan Appa sudah menyiapkan jantung terbaik untuk mu” Nyonya Choi
mengeratkan pelukannya, sungguh Ia tidak mau jika putra yang disayanginya pergi
untuk selamanya. Ia rela mengorbakan semua hartanya asalkan putranya akan
sembuh.
“Ne, Eomma Appa. Ren pasti akan sembuh. jangan menangis
Eomma, Appa” Ren mengusap air mata Eommanya.
“Ne chagi, Eomma tidak mennagis. Lebih baik kau cepat
bersiap. Sebentar lagi operasi transplantasi jantungmu akan dilakukan” Nyonya
Choi melepaskan pelukannya.
“Ne, Eomma”
.
.
.
*Minhyun Side*
Braakkkk
Pintu itu dibuka dengan sangat keras oleh Baekho. Baekho
melangkah cepat mendekati Minhyun yang masih berbaring di ranjangnya.
“Ya!! Minhyun-ah, cepat bangun” Baekho menarik selimut tebal
yang menutupi tubuh namja tampan itu.
“Aishhh, waee? Kenapa kau membangunkanku pagi-pagi sekali?”
Minhyun berdecak kesal, dan memberikan tatapan membunuhnya pada Baekho.
“Ini tentang Ren, bodoh!! Dia menjalani operasi
transplantasi jantung hari ini” Dan seketika itu juga dunia serasa berhenti.
Minhyun mengepalkan tangannya, menahan semua emosi yang meluap-luap. Sungguh Ia
kecewa pada Ren karena tidak memberitahunya tentang hal ini.
“Kau pasti bohong, kemarin saja dia baik-baik saja ketika
memutuskan hubungannya denganku. Dan ren tidak mempunyai penyakit apapun. Dia
Sehat!!” Minhyun memalingkan wajahnya, Ia sangat enggan untuk menatap Baekho.
Pasti Baekho hanya ingin menjahilinya saja.
“Dia memutuskanmu terlebih dahulu supaya nanti kau tidak
khawatir. Demi Tuhan Hwang Minhyun sekarang dia tengah melawan kematian.
Astagaa” Baekho menarik Minhyun supaya bangun dari tempat tidur yang nyaman
itu.
“Operasi sudah dimulai sejak 3 jam yang lalu. Dan Ren disana
mungkin membutuhkanmu. Kau akan menyesal jika tidak datang!! Seoul
International Hospital !! aku pergi” Baekho melepaskan Minhyun dan mulai pergi
menjauh untuk cepat-cepat pergi ke rumah sakit.
“Dia pasti hanya bercanda” Dan Minhyun melakukan kesalahan
terbesar. Ia kembali menyamankan posisinya untuk tidur.
.
.
Lorong rumah sakit itu terlihat sangat sepi. Hanya ada 3 orang yang ada disana. Di luar
ruangan operasi. Berharap orang yang kini tengah melawan kematian akan bisa
bergabung dengan mereka. Nyonya Choi memeluk erat suaminya sambil menangis dan
berdoa bahwa putra mereka baik-baik saja. Dan Baekho hanya terduduk menatap
lampu yang masih berwarna merah menandakan bahwa operasi itu belum selesai.
Baekho berdoa semoga Ren disana baik-baik saja.
Sudah hampir 5 jam operasi itu berjalan. Dan kini lampu itu
berawarna hijau, menandakan bahwa operasi itu telah selesai. Lalu namja
berperawakan tinggi memakai setelan jas dokter itu menatap sedih dan penuh rasa
bersalah pada orangtua Ren dan Baekho.
“Maaf, kami sudah melakukan semuanya sebaik mungkin. Tapi
operasi itu gagal. Putra anda tidak bisa menerima jantung itu untuk memompa
darahnya. Maafkan kami” Dokter itu membungkuk dan kemudian meninggalkan
orang-orang yang ada disana. Semua menangis, termasuk Baekho.
Baekho mengambil ponselnya untuk menghubungi Minhyun.
“Ne, wae?” Suara Minhyun disana terdengar biasa saja
“Aku ingin memberitahukanmu kabar buruk. Ren sudah tidak ada
lagi. Jika kau masih ingin menemuinya untuk terakhir kalinya, kau bisa datang
ke rumah sakit” setelah menyampaikan hal itu, Baekho langsung menutup
sambungannya dan kembali menangis. Baginya Ren itu sudah seperti adik
kandungnya sendiri.
Sementara Minhyun berdiri membatu. Dunia seakan berhenti
berputar lagi. Yang ada di pikirannya sekarang hanya Ren. Apa semua ini benar?
Sungguh Ia berharap ini semua mimpi. Dengan cepat Minnhyun mengambil kunci
mobilnya dan melaju dengan kecepatan di atas rata-rata untuk bertemu dengan Ren
di rumah sakit itu.
.
.
.
Kini Minhyun sudah ada di sebuah ruangan putih, ruangan yang
disana terdapat namja cantik yang dicintainya tengah tertidur dengan pulas.
Minhyun berdiri terbatu, menatap wajah tenang yang ada di
hadapannya.
“Dia baik-baik saja. Dia hanya sedang tertidur. Aku yakin
dia akan bangun nanti Baekho”Minhyun mengelus pipi Ren dan mulai menciumnya.
“Lihat dia hanya tidur. Dia hanya kecapean. Chagi, bangun lah. Perlihatkan pada
mereka bahwa kau masih akan terus berada disampingku selamanya” Minhyun
menggenggam tangan Ren dan mulai mengecupnya. Tangan itu dingin tidak hangat
seperti dulu ketika Ia menggengam tangan mungil itu. Ingat tentang
kebersamaanya dengan Ren berkelibat seperti kilatan film di kepalanya.
“Minhyun, sudahlah. Dia sudah tidak ada lagi” Suara Baekho
seolah tidak terdengar. Minhyun masih saja memeluk Ren.
“Maafkan aku, aku menyesal. Seandainya aku bisa menemanimu
di saat-saat terakhir kau pergi. Sungguh aku mencintaimu Choi Minki. Maafkan
aku, jangan tinggalkan aku Ren-ah. Aku mohon. Bangunlah chagi” Dan minhyun
menangis sekencang-kencangnya.
“Minhyun ini ada surat yang dititipkan Ren untukmu” Dan
Baekho meninggalkan surat itu di tangan Minhyun. Tangan Minhyun bergetar
membuka surat itu dengan perlahan.
Dear Minhyunie
Jika kau membuka surat
ini, maka aku sudah tidak berada di dunia ini lagi Minhyun. Aku sangat bahagia
bisa bersamamu selama ini Minhyun. Sungguh aku sangat mencintaimu teramat
sangat mencintaimu. Aku bahagia bisa bersamamu sangat bahagia. Maaf jika aku
terkadang membuatmu kesal. Sungguh aku sangat menyanyangimu. Berjanjilah padaku
bahwa kau akan baik-baik saja ketika aku pergi. Kau harus sehat Minhyunie. Akan
sangat memalukan jika kau sakit. Heheh ^^
Aku mencintaimu ^^ kau
harus bisa menemukan seseorang yang lebih baik dari aku ^^ terimakasih untuk
semuanya. Saranghae Hwang Minhyun ^^
Ren
Minhyun kembali menangis
menatap surat itu. Tangisnya menggema di seluruh lorong rumah sakit ini.
‘Berbahagialah tanpaku’
END
Oke jangan timpuk aku plisss.. pliss aku buat ini pas lagi
galau sambil mewek. Astagaa. Oke abaikan -_- jangan lupa Review yah ^^ gomawo
^^
MIND TO REAVIEW?